Contoh dari asset keuangan:
- Pinjaman atau kredit yang diberikan oleh bank Niaga kepada bapak Abdullah untuk renovasi rumahnya.
- ORI atau Obligasi Ritel Republik Indonesia yang dikeuarkan oleh Bank Indonesia yang dapat dimilik oleh setiap warga Indonesia.
- Obligasi yang dikeluarkan oleh PT. Anugrah Cipta.
- Saham biasa yang diterapkan oleh PT. Telkomsel.
- Saham preferen yang diterbitkan oleh IBM.
Jadi hutang bank, obligasi (baik yang dikeluarkan pemerintah atau
perusahaan), saham (baik saham biasa atau saham preferen) yang
masing-masing memiliki cara pembayaran klaim yang berbeda adalah asset
keuangan. Klaim adalah hak yang harus diterima oleh pemegang asset
keuangan tersebut.
- Hutang bank: bank adalah pihak peberi pinjaman sehingga pihak peminjam uang harus membayar bunga beserta cicilan pokok pinjaman setiap kali pembayaran (bulanan atau tahunan) selama waktu yang telah disepakati (3tahun, 5 tahun, dsb) kepada bank.
- Obigasi baik pemerintah atau perusahaan: pihak yang mengeluarkan obligasi adalah pihak yang berhutang sehingga dapat disebut sebagai emiten atau issueratau penerbit sedangkan pihak yang memegang obigasi disebut investor. Hak yang diterima investor adalah bunga yang besarnya tetap yang akan diterima setiap periode tertentu (bulanan/tahunan) selama usia obligasi tersebut. Investor juga akan menerima pelunasan hutang diakhir usia obligasi tersebut (ini yang membedakan klaim hutang bank dan obligasi).
- Saham: adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan artinya bahwa pemegang saham tersebut memiliki perusahaan yang besarnya tergantung dari besarnya bagian saham yang dimilikinya. Semakin besar bagian saham yang dimiliki semakin besar pula penguasaannya terhadap perusahaan tersebut.
Resiko asset keuangan dibagi menjadi 3:
- Resiko daya beli (purchasing power risk), resiko ini ditimbulkan karena adanya inflasi, sehingga resiko ini disebut juga inflation risk.
- Resiko ketidak mampuan emiten atau peminjam untuk membayar kewajiban yang disebut juga resiko kredit (credit risk) atau resiko kelalaian (default risk).
- Resiko nilai tukar (foreign exchange risk), resiko ini timbul jika berinvestasi pada mata uang asing. Hal ini disebabjan karena adanya perbedaan mata uang suatu negara dengan negara lain. Jika nilai tukar berubah ke arah negatif maka kita akan menerima uang yang lebih sedikit. Misalnya investasi pada asset yang mata uangnya berupa dollar, jika mata uang rupiah menguat maka maka kita akan menerima rupiah yang jumlahnya sedikit.
Hubungan antara asset keuangan dengan asset berwujud:
Asset keuangan dan asset berwujud secara fisik memang berbeda. Pada
asset berwujud, bentuk fisiknya dapat langsung dinilai dengan uang
sedangkan asset keangan wujud fisiknya tidak dapat mencerminkan nilai
dari asset keuangan tersebut. Namun demikian ada satu hal yang sama-sama
dimiliki oleh kedua jenis asset tersebut yaitu arus kas yang akan
diperoleh dimasa yang akan datang.
Untuk asset berwujud
misalnya kepemilikan atas kapal pesiar maka arus kas yang akan kita
peroleh dimasa yang akan datang adalah pendapatan yang akan kita peroleh
dari penumpang. Pendapatan ini kemudian nantinya akan digunakan untuk
pembiayaan biaya operasional dan utang, jika ada kelebihannya (laba
bersih) maka akan dibagikan kepada para pemegang saham. Sehingga pada
akhirnya arus kas yang akan diperoleh dari asset keuangan dihasilkan
dari asset berwujud.
Referensi:
- Azar. 2010. Mengenal Aset Keuangan. (Online). http://ug-azar.blogspot.com/2010/03/mengenal-aset-keuangan_12.html. diakses 9 September 2014.
- S. L, Novita. 2012. Asset Keuangan. (Online). http://www.scribd.com/doc/93862642/Asset-Keuangan-Author-Presario. diakses 16 September 2014.
- V. Faceless. 2013. Asset Keuangan. (Online). http://iamthefaceless.blogspot.com/2013/02/makalah-asset-keuangan.html. diakses 9 September 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar